Tahun Baru

Selamat Tahun Baru Hijriah dan Masehi..
janganlah saling menjatuhkan antar keyakinan..
contohlah kedua acuan tahun -H&M-..

Kunjungi beberapa keindahan Saya di http://linzgrowup.blogspot.com/

Terima Kasih..
Si Ateng jual kayu
Thank You..

postingan pertama saya

Hi all! Lagi pada liburan yah? Gimana tugas? (hahaha)

Sebenernya udah kebelet banget pengen cepet-cepet posting tulisan di blog jurnal ini. Saya excited sekali ketika gifar, sang ketua kita, bilang kalo kita mau bikin blog. Lagian teknologi informasi kan harus kita manfaatkan, meskipun ngabisin waktu dan ngabisin duit kalo yang gak pasang speedy di rumah atau kostannya.

blog itu salah satu alternatif ber-social networking selain facebook, friendster, dan lain sebagainya. Jadi nge-net gak cuman buka FB, FS, Multiply, Plurk, Google atau YM. Kita punya blog. Nambah satu tab deh di Mozilla Firefox atau IE atau Opera kita. Hehe.. Blog ini juga bisa digunakan menjadi sebuah sarana ekspresi. Teman-teman bisa nulis apa aja disini. mau curhat, mau heureuy (baca:becanda), atau mau bikin tebak-tebakkan supergaring juga gak masalah.

Bertukar pikiran bisa juga teman-teman lakukan disini. Ruang kelas yang penuh keterbatasan, membuat kita tidak bisa berbicara dengan semua orang didalamnya. Jadi, blog ini bisa digunakan sebagai ruang tambahan untuk kita berkomunikasi. (eh iya kan?)

Pertama saya punya blog, saya ngerasa punya mainan baru. Kalo lagi on fire sih, udah kaya anak sendiri deh. Bisa sampe berjam-jam melototin layar monitor. Ya, saya harap juga blog ini bisa diurus dan dipelihara layaknya seorang bayi (biarin yah agak lebay). Suatu saat nanti, blog ini bisa kita baca lagi dan menjadi sebuah dokumentasi perjalanan kita semua.

Blog jurnal ini juga bisa menjadi media untuk mengenal satu sama lain. Tidak hanya itu, blog ini juga bisa menjadi perangsang bagi mereka yang malas sekali menulis (I talk to myself). Mari kita produktif menulis teman-teman. Berhubung saya cewek diary (ngaku), saya mau bilang bahwa tulisan bagus berawal dari diary. Dan jika kita terbiasa menulis diary, tugas Pak Sahala pun bisa kita kerjakan dengan mudah (hahaha jijay).

Buat yang mau ngepost, jangan sungkan-sungkan. Ayo ramaikan blog kita ini!

Regards.
Lingga Murni Andarini
27 Desember 2008 10:29

mezzo soprano dari saya pribadi

hehehhee.. para mania mafia makanan tahi ....
disini dimas menginvasi lewat kata-kata kampoengan....
eka harumi menggiring otakku yang kosong untuk menulis namanya di sini
eheu...eheu ........
aku sayang kalian...
eka katanya sama dengan apa yang gw bilang... hehehe
just beginning ..
cintai ibu kalian seperti kalian mencintai saya
adios amigos.....

catatan pertama sayah

helow mamen,, jurnal 07 sadayana...
ieu cahoy baru bergabung...
Perlu diketahui, ini yang pertama kalinya saya menulis di blog,, hahha
maklum saya mah rakyat biasa,,
mudah-mudahan ke depannya bisa memberikan satu kontribusi yang lebih berupa tulisan yang lebih bermanfaat daripada ini,,,
atos ah,, nuhun,,,

bukan alasan untuk memilah-milah

Kita adalah keluarga

Perbedaan ras
perbedaan budaya
perbedaan agama
perbedaan pola berfikir
perbedaan pergaulan
perbedaan sifat

bukan alasan untuk memilah-milah persahabatan diantara kita

perbedaan adalah suatu rahmat

Langkah Menjadi Kontributor CGJ

Sekarang jumlah kontributor belum menunjukkan keseluruhan. Tenang aja, biar bisa sama-sama nulis di blog ini, ada beberapa langkah mudah yang harus dilewati. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu walaupun sebenarnya penerangan mengenai blog ini memang telat (suara miring: kumaha sih, Gifar!).


Pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi admin (Abdalah Gifar). Pastikan kamu sudah memberikan alamat email kamu (ke orang itu, hehe...) dengan benar. Sekadar saran, alangkah bagusnya bila domain alamat email yang digunakan, setidaknya buat ngeblog, adalah gmail. Tujuannya supaya aksesnya mudah, perlu diketahui bahwa gmail dan blogger adalah produk dari google. Keduanya ya teman-teman, periksa email kamu. Sambut undangan dari admin dengan cara mengklik link yang ada di undangan tersebut, pilih yang tulisan link-nya itu panjang. Setelah itu, kamu akan digiring masuk ke bukaan konfirmasi email sebagai langkah ketiga. Pada bukaan tersebut ada pertanyaan "Belum punya akun google? Ciptakan account Anda sekarang". Untuk meresponnya, cukup isi kolom isian (email dan password) yang terletak di bawah pertanyaan, bila sudah memiliki email google, ATAU pilih ciptakan account Anda sekarang bila tidak memiliki alamat email di gmail. Setelah diklik, kamu dihadapkan dengan form isian. Keempat, silakan mengisi form tersebut dan tuliskan alamat email yang kamu pakai di kolom kosong pertama, serta berikan password-nya, bila disebut kurang kuat atau terlalu pendek, ganti password kamu. Email dan password kamu ini adalah kunci untuk masuk ke blog. Jangan lupa untuk mengisi nama tampilan dengan nama lengkap yang benar agar bisa ada di daftar kontributor. Setelah form terisi penuh, pilih lanjutkan dan kamu jadi dibawa kembali lagi ke bukaan konfirmasi. Di sana kamu akan liat alamat email kamu ada di kolom nama pengguna (email). Langkah kelima, kamu masukkan password yang tadi dipilih dan klik "Terima Undangan" (Seperti disebutkan di atas, bila kamu punya alamat gmail, kamu tidak perlu mengikuti langkah keempat). Jika semua lancar, kamu akan tampil di dasbor kamu. Langkah keenam, kamu tinggal mengulik tab-tab yang ada karena kamu sudah menjadi kontributor. Selamat!


Agar lebih jelas mengenai dasbor itu, berikut keterangan tab-tab yang ada di dasbor.
  • Lihat Profil, untuk melihat profil kamu yang sudah tersimpan. Dari sini juga, kamu bisa "Edit Profil" atau melihat blog dengan memilih "Catatan Generasi Jurnalis".
  • Edit Profil, untuk menyunting atau menambahkan keterangan tentang pribadi. Bila sudah mengeditnya, jangan lupa "Simpan Profil" dan selanjutnya bisa kembali ke "dasbor"
  • Edit Foto, buat apa lagi selain pilih foto untuk di blog.


Selain itu, ada juga tab "Entri Baru" untuk masukin atau posting tulisan, peringatan bila sudah mem-posting jangan lupa memilih "Terbitkan Entry" dan tulisannya dapat dilihat lewat "Lihat Blog"; "Edit Entri" gunanya menyunting tulisan yang sudah terbit; "Pengaturan" untuk mengatur entah apa yang diatur (coba aja); dan "Lihat Blog", adalah pilihan setelah usai suatu urusan atau saat sudah tidak melakukan apa-apa. Sisanya dapat dicoba sendiri.


Kamu dapat menikmati blognya, mengisi shoutbox, pilih ini itu, dan sebagainya bila sudah ada di tampilan blog "Catatan Generasi Jurnalis". Bila ada keinginan untuk masuk atau keluar pilih "Pintu". Jadi, inilah salah satu cara untuk masuk dan mem-posting tulisan. Dalam keadaan belum masuk, bila pilih "Pintu", kamu akan digiring ke blogger start. Di sana kamu masukkan email dan password yang sudah dikonfirmasi. Bagi yang sudah masuk, "Pintu" ini bisa jadi cara keluar (Sign out) lewat dasbor, yaitu dengan mengklik "Keluar" di kanan atas.


Mengenai teknis sudah kamu ketahui, sekarang tibalah saatnya untuk gila-gilaan menulis. Cukup jadikanlah blog ini sebagai catatan, kita, generasi yang ditempa ajaran-ajaran jurnalistik.

tidak ada judul

menulis berarti bercerita.
bercerita bukan berarti menulis.

Penari Lacur Di Atas Kertas!!

Wah, makasih banyak buat "undangan"-nya, saya jadi dikasih spot untuk nulis lagi nih, ga cuma di personal blog saya. Buat kawan-kawan juga, semoga di blog ini kita bisa tuker pikiran, karena ya tau sendiri lah, susahnya buat struggle di dunia penuh huruf ini.
Hahaha..
Semoga dengan sendirinya nanti kita bisa nulis dengan ikhlas, tanpa ada embel-embel "disuruh senior", "disuruh dosen", "disuruh bos". Itu sama aja kaya kita ngelacurin diri di atas kertas demi uang, kalo engga demi uang kita ga akan mau. Bener ga?
Oiya, buat kejadian tempo hari, saya mau minta maaf sebesar-besarnya, dan juga sekalian ngucapin terima kasih buat semua spirit yang udah kawan-kawan bagikan ke saya. Tanpa kalian, ga akan ada yang namanya semangat belajar jurnalistik lagi buat saya.
Ayo semangat buat semuanya!
We have a long long way to go.
Dan buat "wadah" ini, semoga kawan-kawan semua bisa aktif buat nulis, ini trigger awal buat kita semua. Karena kalo kita nulis, trus ada yang baca pasti seneng lah ya?
Kecuali yang bersifat personal.
Hehe.
Last words, "write for yerself, then for others, if you find satisfaction with yer own
writings
Wassalam. then you'll find joy writing for others".


Haekal Adzani
Bandung.Sabtu.20.12.08.4:31P.M.

Sekapur Sirih...hahaha...

Ghifar...ide yg bagus nih...gara2 lo, gw jd aktifin lg blog gw...malu kan kalo dikunjungin ga ada isinya....haha..Doakan semoga gw mau rajin nulis lagi...hihi

Start

Bismillahirahmanirrahiim . . .

Sejarah Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Diketahui bahwa sejak zaman prasejarah, tepatnya tahun 59 Sebelum Masehi, bentuk paling sederhana dari surat kabar telah ada di Roma saat di bawah kekuasaan Julius Caesar. Bentuknya hanya berupa lembar harian dan isinya pun masih sebatas pemberitahuan penting dari kerajaan. Lembaran tersebut dinamai Acta Diurna (berasal dari bahasa Yunani, dalam bahasa Indonesia berarti catatan harian).

Keberadaan surat kabar yang tercatat oleh sejarah dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutternberg di Jerman pada tahun 1451. Meski sumber lain menyebutkan bahwa teknologi cetak telah ada di Cina sejak tahun 748. Adapun lembar berita pertama yang dicetak, terbit di Jerman pada tahun 1502 dengan istilah Zeitung. Berlanjut tahun 1513, Trewe Encountre hadir sebagai lembar berita pertama yang berbahasa Inggris. Namun keduanya belum terbit secara teratur. Barulah pada tahun 1609, prototipe pertama surat kabar di Eropa yang terbit secara rutin, diterbitkan di Bremen, Jerman. Pada tahun yang sama, surat kabar yang sangat sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam, dan Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975: 206).

Menyusul kemudian, di Inggris, surat kabar pertama yang masih sederhana terbit pada tahun 1621. Memasuki tahun 1665, hadir di Oxford surat kabar yang dianggap sebagai benar-benar surat kabar yang terbit secara teratur yaitu Oxford Gazette. Beberapa bulan kemudian ketika pemerintahan pindah ke London, surat kabar tersebut berubah namanya menjadi London Gazette. Surat kabar tersebut menggunakan dua kolom untuk pertama kalinya. Sedangkan di Amerika, baru ada surat kabar pertama bagi warga utara, yaitu Publick Occurrences Both Foreign and Domestick pada tahun 1690 di Boston.

Memasuki abad ke-17, surat kabar mulai mengalami perkembangan yang menakjubkan. Salah satu indikasinya adalah lahirnya surat kabar harian pertama bernama The Daily Courant pada tahun 1702 di London. Selanjutnya, di London pula, pada tahun 1754, The Daily Advertiser tercatat sebagai surat kabar pertama yang berformat empat kolom. Seakan tak mau kalah, di Perancis dan di Amerika Serikat pun hadir surat kabar harian yang pertama yaitu Journal de Paris dan Pennsylvania Packet (sumber lain menyebutnya Pennsylvania Evening Post), masing-masing pada tahun 1777 dan tahun 1784.

Meskipun demikian, sampai tahun 1830-an, surat kabar masih relatif mahal harganya dan hanya dibaca oleh golongan elit, serta para politikus. Barulah pada tahun 1833, surat kabar bertransformasi menjadi lebih terjangkau bagi kalangan luas. Perkembangan teknologi percetakanlah yang telah mengakibatkan proses pencetakan semakin cepat, sehingga surat kabar semakin memasyarakat karena harganya murah. Surat kabar New York Sun yang diterbitkan oleh Benjamin Day pada tahun 1833 harganya hanya berkisar satu sen dolar (satu penny) dan mudah didapat dari penjaja di pinggir jalan. Surat kabar tersebut menandai era surat kabar sebagai media massa, dan karena murahnya harga sebuah surat kabar era itu disebut The Penny Press. Beberapa tahun kemudian di Amerika Serikat, bermunculan surat kabar lainnya, seperti New York Herald, New York Tribune, dan New York Times.

Menjelang akhir abad ke-18 itu pula, surat kabar terus menunjukkan peningkatan yang berarti dari segi kualitas penyajian. Hal itu mulai ditandai dengan digunakannya telegraf sebagai penunjang kerja pada tahun 1847. Pada tahun 1873, surat kabar berilustrasi dapat dilihat di New York. Pada tahun 1878, untuk pertama kalinya, iklan terlihat sehalaman penuh surat kabar, dan tahun 1880, giliran fotografi yang terlihat pada surat kabar untuk pertama kalinya.

Surat kabar seperti yang kita tahu saat ini adalah produk yang memiliki nilai kebutuhan, penemuan, khalayak luas, demokrasi, perusahaan bebas, dan ukuran profesional (newspaperindustry.com).

Sejarah Majalah

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa khususnya Inggris, dan di benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat. Di Amerika, tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazines). Majalah yang paling pouler saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit tahun 1821, dan Nort American Review.
Tokoh Pelopor Majalah yang Dianggap Sukses
Penelusuran sejarah perkembangan media massa takkan lepas dari tokoh atau figur yang memprakarsai atau menerbitkan media massa tersebut. Hal itu terbukti pada catatan-catatan sejarah mengenai majalah. Seorang tokoh melekat dengan media terbitannya. Berikut beberapa tokoh yang tercatat oleh sejarah telah sukses menerbitkan majalah yang menjadi tonggak perkembangan salah satu media cetak ini.
1. Daniel Defoe
Pada tahun 1704, di Inggris, terbit Review, majalah yang berisi berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lain-lain. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, ukuran halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya.
2. Benjamin Franklin
Dialah yang telah mempelopori penerbitan majalah di Amerika. Pada tahun 1740, dia menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle.
3. Richard Steele
The Tatler ia buat pada tahun 1790, selanjutnya The Spectator ia terbitkan bersama Joseph Addison. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, berita-berita hiburan tentang teater dan gosip.
4. Dewitt Wallace dan Lila
Saat masih berusia 20 tahun, sepasang suami istri ini telah mampu menerbitkan sebuah majalah pada tahun 1922, Reader’s Digest. Pada pertengahan abad 20, majalah ini merupakan majalah tersukses. Pada tahun 1973, Reader’s Digest untuk di Amerika saja, dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta pembaca, belum termasuk pembacanya di dunia.
5. Henry Luce
Lulusan Yale University ini, bersama Briton Hadden menerbitkan majalah Time. Ia terdorong oleh keberhasilan Reader’s Digest. Tak hanya itu, ia pun menerbitkan Fortune, Sport Illutrated, dan Life. Majalah yang disebutkan terakhir merupakan majalah berita yang banyak mengandung foto. Foto-foto tersebut berfungsi sebagai alat informasi, menghibur, dan memengaruhi.
6. Hugh Hefner
Dia menerbitkan majalah Playboy pada tahun 1953. Majalah bagi pria dewasa ini adalah salah satu majalah yang sukses. Pada tahun 1970-an, sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.
Perkembangan Kover Majalah
Majalah sebagai salah satu media massa cetak memilki karakteristik tersendiri sehingga berbeda dengan media massa cetak lainnya. Salah satu karakteristiknya dapat dilihat dari kover atau sampul. Kover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Itupun sangat bergantung pada tipe majalahnya dan konsistensi majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.
Berikut beberapa contoh kover/sampul majalah yang menunjukkan perkembangannya: (sumber: Journal of Magazine and New Media Research, 2002)

Kemampuan Mengamati Fenomena




Hal mendasar yang harus dipahami, pertama-tama adalah bahwa sebuah fenomena atau kejadian mengandung dua dimensi : statis dan dinamis. Dengan perkataan lain, fenomena yang terjadi harus ditanggapi sebagai kenyataan yang dwipurwa : di satu pihak fenomena itu disikapi sebagai kenyataan belaka (realitat an sich), di pihak lain disikapi sebagai kenyataan yang menjangkau lebih jauh di balik kenyataan tersebut yang secara sederhana berupa dorongan untuk mengetahui "ada apa di balik fenomena" itu.

Dimensi statis maksudnya adalah kejadian itu dipandang sebagai "takdir" semata, tidak bisa digugat atau diduga "ada apa-apanya" di balik fenomena itu. Sedangkan, dimensi dinamis maksudnya fenomena itu "ada apa-apanya" dan berkemungkinan mengalami perkembangan, perubahan, atau "sebenarnya tidak harus terjadi".

Sebagai contoh adalah fenomena sosial berupa trend kerusuhan. Ketika muncul kerusuhan di Tasikmalaya, misalnya, yang dipicu oleh peristiwa pemukulan seorang polisi terhadap seorang kyai (pemimpin pesantren), tentu pengamatan akan berhenti ketika diketahui bahwa pemicu kerusuhan itu adalah ulah polisi tadi (dimensi statis).

Pengamatan akan berkembang ketika kita jauh berpikir tentang mengapa pemukulan itu dapat menggerakkan massa; mengapa amarah massa tidak terkendali padahal mereka warga Tasik yang dikenal sebagai umat Islam yang taat; adakah yang merekayasa, menunggangi, atau memanfaatkannya; bagaimana status kyai di kalangan masyarakat; bagaimana kondisi sosial masyarakat Tasik sebenarnya; adakah kaitannya dengan kecemburuan sosial (gap kaya-miskin) mengingat toko-toko warga nonpri menjadi sasaran; mengkinkah kerusuhan serupa muncul pada masa depan, bagaimana prakondisinya, dan seterusnya.

Contoh lain yang sederhana adalah tentang fenomena alam. Misalnya, ketika kita menyaksikan daun pohon bergoyang diterpa angin. Pengamatan akan dimensi statis akan berhenti ketika kita tahu bahwa daun bergoyang karena diterpa angin. Jika kita mengejar dimensi dinamis-nya, kita akan bertanya mengapa daun bergoyang diterpa angin. Jika jawabannya adalah karena daya tahan daun lebih rendah ketimbang daya tekan angin, mengapa hal itu terjadi, dan seterusnya.
Masihkah kita berpikiran statis akan segala fenomena yang terjadi di sekitar kita?