Ir. Surjamanto, M.T: Handalnya Rumah Tradisional

Terletak antara pertemuan lempengan-lempengan dunia yakni: Lempengan Samudra Pasifik, Lempengan Indo-Australia, dan Lempengan Eurasia, serta banyaknya gunung api yang masih aktif menjadikan Indonesia merupakan salah satu negara paling sering mangalami bencana gempa bumi di dunia. Gempa berskala besar, baik tektonik maupun vulkanik yang sering kali menimpa Indonesia menyebabkan bangunan-bangunan dan rumah penduduk, banyak yang mengalami kerusakan. Intensitas gempa di Indonesia yang terlalu sering juga memakan banyak korban.
Bukan gempa yang menimbulkan banyak korban, tapi bangunan. Begitu kata orang bijak. Kebanyakan korban akibat gempa berasal dari mereka yang tertimbun reruntuhan bangunan. Maka jumlah korban harus ditekan serendah mungkin dengan mendirikan bangunan, terutama rumah tinggal, yang tahan guncangan. Bagaiman konstruksi dan struktur rumah yang tahan guncangan gempa itu?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut. Suhervandri, Mahasiswa Jurnalistik Fikom Universitas Padjadjaran, mewawancarai Ir. Surjamanto W., M.T., dosen Keahlian Struktur, Konstruksi, dan Bahan lingkup Thermal, Fakultas Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB). Calon doktor yang sudah sering menjadi pembicara di berbagai seminar perancangan rumah dan struktur bangunan ini mengatakan kalau rumah berbahan kayu lebih tahan gempa dibanding rumah berbahan dasar batu. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 8 Desember 2009, pukul 08.30 WIB.
Berikut petikan wawancaranya,
Bagaimana tanggapan Anda mengenai berita ini?
Kita sadar gempa bumi itu selalu terjadi di Negara kita. Menurut sejarahnya Indonesia memang terbentuk dari rangkaian gunung-gunung. Jepang juga demikian. Philipina juga demikian. Jadi dareah-daerah kepulauan itu memang terbentuknya dari pertemuan lempeng-lempeng bumi. Kita tidak bisa menghindar dari gempa. Kita harus bersahabat dengan keadaan alam yang memang udah ditakdirankan untuk sering dlanda gempa.



Menurut Anda, Konstruksi bangunan yang tahan terhadap guncangan gempa itu seperti apa?
Istilah konstruksi sebenarnya kurang tepat digunakan. Tepatnya istilah konstruksi itu adalah struktur. Struktur bangunan atau gedung. .Konstruksi itu sebenarnya secara umum, kalau dalam bahasa inggris, construction yang artinya membangun atau pembangunan. Kalau konstruksi dari bahasa Belanda yang kita warisi, itu artinya detail-detail sambungan. Jadi ada pemahaman yang salah dikalangan arsitek maupun masyarakat mengenai konstruksi dengan struktur itu sendiri. Benarnya, kalau kita membahas gedung atau bangunan tahan gempa, kita bicaranya tentang struktur. Masalah bangunan, banyak orang menyebut bangunan itu hanya sebagai sebuah rumah atau gedung. Padahal bangunan itu secara umum artinya lebih luas lagi. Jalan, jembatan, waduk, gorong-gorong, itu semua juga dikatakan sebagai bangunan.
Jadi rumah atau gedung merupakan bagian dari bangunan. Bicara mengenai bangunan tahan gempa, kalau di arsitektur, lebih membahas menegnai gedung tahan gempa. Gedung tahan gempa ini strukturnya harus memenuhi beberapa kaidah tahan gempa yang diantaranya adalah beban gempanya harus kecil.

Maksudnya?
Beban gempa harus kecil ini maksudnya adalah, massa bangunan tersebut harus lebih kecil. Mungkin pengertian massa agak kabur di masyarakat. Umumnya mereka kurang memahami massa. Mereka lebih memahami berat. Misalnya berat gedung. Sebetulnya itu adalah masa gedung. Bukan berat gedung. Jadi massa atau dimasyarakat umum menyebutnya berat, itu harus lebih kecil.

Menurut Indrato, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah, LPJ KD, Jawa Barat, Bencana gempa Jawa Barat 2009 merupakan pelajaran berharga untuk dunia konstruksi. Apa tanggapan anda mengenai peryataan tersebut?
Tentunya tidak hanya di Jawa Barat saja, di Indonesia atau di mana saja. Gempa tersebut merupakan pelajaran juga bagi masyarakat secara umum. Terutama, yang berkepentingan atau yang memegang kebijakan mengenai pembangunan. Seperti pemerintah daerah, atau kalangan industri konstruksi, arsitek, tehnik sipil, maupun civil engginer. Masyarakat umum pun seharusnya belajar. Saya lihat di daerah tasik itu, masyarakatnya rame-rame mengganti rumah kayu mereka menjadi rumah batu. Mereka menganggap rumah batu itu lebih bergengsi. Karena mereka lihat di kota, rumah yang kelas ekonominya menengah ke atas itu menggunakan material batu bata. Yang tentu saja dalam hal ketahanannya terhadap gempa lebih jelek dibandingkan dengan rumah kayu yang massanya lebih ringan.


Berarti, Sebaiknya masyarakat Indonesia tetap memakai material kayu dan mempertahankan rumah kayunya. Benar seperti itu?
Ya. Sebaiknya mereka mempertahankan rumah tradisional yang merupakan peninggalan dari leluhurnya tersebut. Sebetulnya rumah kayu tradisional peninggalan leluhur ini sudah sangat bagus dan tepat di daerah rawan gempa seperti Indonesia ini. Walaupun roboh saat gempa, itu sangat mudah diperbaiki dan tidak akan membunuh.

Menurut Indrato lagi, Bangunan yang runtuh saat terjadi gempa tidak akan memakan banyak korban seandainya saat mendirikan bangunan menaati berbagai kaidah tentang teknis konstruksi. Apa kaidah teknis konstruksi tersebut?
Agar bangunan tersebut tahan gempa, harus memenuhi beberapa kaidah. Pertama, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, massa bangunan harus serendah mungkin. Kedua, sistem strukturnya harus benar. Misalnya, kita mengenal struktur rangka bangunan. Secara umum struktur rangka bangunan itu kekuatannya dibentuk oleh rangkanya. Rangka itu gabungan antara tiang, balok dan berbagai macam. Nah, kekakuan rangka tersebut yang menentukan apakah dia tahan gempa atau tidak. Kemudian, ada gabungan antara rangka dengan bidang geser atau secara umum orang menyebutnya dinding geser, Gabungan antara rangka dan dindining geser ini bila aturannya sesuai, akan kuat menahan beban lateral seperti gempa bumi. Itu beberapa kaidah struktur bangunan tahan gempa.
Tapi perlu diingat bahwa ada kaidah-kaidah lain yang menentukan. Selain massa gempa dan struktur yang benar, konstruksi saat membangun gedung pun harus benar. Misalnya pada waktu membuat tulangan-tulangan pada tiang dan balok, sambungan-sambungan tulangan harus dilakukan dengan benar. Seperti, tulangan balok harus dilanjutkan turun pada kolomnya itu dengan panjang tertentu. Demikian juga tulangan kolom, harus dibelokkan masuk ke dalam balok dengan panjang tertentu dan dikaitkan agar pada waktu gempa tidak terlepas antara kolom dan balok. Kebanyakan, struktur rangka dari beton, kerusakannya karena kolom dan baloknya terpisah. Sebenarnya kadidah dari struktur bangunan ini biaya dan waktunya tidak terlalu signifikan. Namun apabila tidak dilakukan, akibatnya bisa dirasakan sendiri sewaktu terjadi gempa.

Apakah kaidah-kaidah tersebut berpengaruh terhadap ketahanan guncangan gempa?
Jelas. Kaidah-kaidah tersebut apabila diterapkan dengan baik, bangunan akan lebih tahan gempa. Krena strukturnya benar, sambungannya benar, pelaksanaanya baik, lebih menjamin bangunan tahan gempa. Tapi kita juga memperhitungkan besar kekuatan gempanya. Besar kekuatan gempa tidak bisa diabaikan. Umumnya di konstruksi, itu dihitung oleh civil engginer. Tanggung jawab bangunan yang sebenarnya itu terletak pada civil engginer, bukan dari tukang atau mandor. Karena merekalah yang lebih authorized. Secara umum masyarakat Indonesia, lebih senang melepaskan semuanya kepada tukang atau mandor yang hanya berdasarkan pengetahuan yang didapat dari pengalaman. Bukan berarti pengalaman, tidak ada artinya disini. Pengalaman perlu, namun pengetahuan dan pengalaman itu lebih bagus. Masyarakat harus belajar untuk memberikan tanggung jawab bangunannya kepada civil engginer daripada ke tukang atau mandor.

Jepang meruapakan negara maju yang juga sering dilanda gempa. Apakah konstruksi bangunan yang ada di Jepang sudah cukup baik?
Jepang negara kepulauan juga sama seperti kita. Jepang negara yang cukup kaya dengan membangun negaranya melauli pengetahuan. Maju di bidang keilmuan. Pengalaman mereka untuk bangunan atau gedung tahan gempa itu-pun pada beberapa hal lebih maju dibanding kita, tapi tidak semuanya. Jelaslah jepang merupakan mitra yang cocok dan sangat baik untuk berdiskusi bagaimana caranya mengantisipasi efek gempa terhadap bangunan, merancang bangunannya, dan proses pemulihan pasca gempa. Dari aspek manajemen, dari aspek sosial, dan lainnya bisa belajar bersama.

Berarti dapat dikatakan struktur bangunan yang ada di Jepang sudah cukup baik, Seperti itu?
Ya. Pada beberapa item seperti struktur bagunan tinggi tahan gempa, mereka sudah menerapkan beberapa prinsip yang di Indonesia belum ada atau belum digunakan. Seperti struktur penyeimbang pada gedung yang bekerja seperti pendulum. Pekerja memperkecil simpangan gedung pada saat digoyang gempa. Sehingga kerusakan yang ditimbulkannya lebih kecil. Selain itu, teknologi meredam getaran dari tanah agar tidak menggoyang gedung juga sudah digunakan Jepang yang di Indonesia sendiri belum ada karena harganya yang bisa dibilang cukup mahal.

Beralih ke Bandung, Adakah bangunan yang konstruksinya sudah cukup kuat untuk menahan gempa di kota Bandung?
Saya katakan, rumah-rumah tradisional yang dari kayu itu adalah struktur yang cukup handal untuk menahan gempa. Jadi memang seharusnya masyarakat kembali memegang dan menggunakan tradisinya untuk membangun rumah kayu. Karena leluhur kita sebelum menciptakan rumah adat, pastinya sudah memikirkan berbagai hal termasuk aman dari bencana seperti gempa itu sendiri.

Apa sebenarnya yang menyebabkan rumah tradisional itu lebih tahan gempa atau guncangan?
Terutama karena beban gempanya kecil, Jadi strukturnya tidak menerima beban gempa yang terlalu besar. Kedua sambungan-sambungannya memeiliki kemampuan untuk mentoleransi gerak sehingga tidak mudah dirusak oleh gempa.


Menurut Anda, Bagaimana konstruksi bangunan yang ada di Indonesia secara umum?
Seharusnya struktur bangunan di Indonesia sebaiknya kembalilah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan alam Indonesia yang rawan bencana. Rumah tradisional itu sudah merupakan bangunan yang paling handal untuk menahan goncangan gempa. Jadi kenapa harus malu untuk menggunakan rumah kayu. Jadi kedepannya, kita harus mempertimbangkan struktur bangunan yang tahan gempa di indonesia secara umum. Sementara ini, dunia konstruksi Indonesia lebih banyak terhadap bangunan-bangunan yang lebih besar bukan bangunan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Kedepannya. Rumah-rumah masyarakat berpenghasilan rendahpun harus diperhatikan struktur dan konstruksinya jika tetap ingin menggunakan material batu.