Media Baru Potensial Tegakkan Demokrasi yang Bebas Korupsi

Bandung, (INSEPSI).–

Ruang publik belum seluruhnya dikuasai oleh kuasa negara dan kuasa modal, akan tetapi juga menunjukkan semakin pentingnya peranan media baru seperti internet, telepon seluler, dan jejaring sosial. Media baru ini telah mampu menggandakan informasi dan diskursus publik.
       Itulah kutipan orasi ilmiah yang disampaikan Rizal Malik, M.A dalam acara puncak perayaan Dies Natalis ke-50 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran di Gedung Graha Sanusi Kampus Unpad Dipatiukur, Selasa (12/10). Selain civitas akademika dari Unpad dan universitas lain, turut hadir dalam acara tersebut beberapa perwakilan media.
       “Siapa yang bisa menguasai internet? Gak ada yang bisa menguasai internet,” ungkap mantan Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) ini saat diwawancara usai menyampaikan orasinya. “Itu punya potensi demokratisasi yang sangat besar,” sebutnya.
       Rizal melanjutkan bahwa aksi nyata di kehidupan nyata adalah segalanya. “Kita tidak tahu apakah potensi itu bisa dilakukan untuk perubahan atau tidak. Bila tidak diriilkan dalam satu gerakan masyarakat yang terorganisasi, ia tidak akan bermakna apa-apa,” lanjutnya
       Dalam orasi ilmiahnya, pria Minang yang sedari mahasiswa aktif dalam berbagai organisasi ini menyebut bentuk konkret dari media sebagai pilar keempat demokrasi ini. “Keberhasilan mobilisasi dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam episode Cicak vgersus Buaya tahun lalu, ataupun mobilisasi dukungan kepada Pritha Mulyasari, merupakan dua kasus yang menunjukkan bahwa media dapat memainkan peranannya yang transformatif,” terangnya.
       Orasi ilmiah yang berjudul “Menuju Pendidikan Komunikasi yang Demokratis” tersebut menyoroti tiga hal besar, yaitu demokrasi, korupsi, dan media. Tokoh yang posisinya di TII digantikan Teten Masduki ini dalam orasinya menyebut bahwa Indonesia negara bebas di Asia Tenggara dan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, masih tergolong sebagai salah satu negara korup.
       “Inilah paradoks demokrasi di Indonesia. Kita bangga menjadi salah satu negara paling demokratis di dunia, akan tetapi demokrasi di Indonesia belum juga menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya, bahkan semakin membiakkan korupsi,” ungkap lulusan Fikom Unpad tahun 1981 ini dalam paparan orasinya.
       Terkait media yang secara teori merupakan fasilitator diskursus dan perdebatan rasional dalam ruang publik, Rizal mengatakan dalam wawancara bahwa kini media tak lepas dari berbagai kepentingan. “Kepentingan politik dan kepentingan modal itu bisa masuk ke media,” lanjutnya.
       Sebuah pengharapan dari mahasiswa angkatan 1974 ini kepada almamaternya, diutarakan di akhir orasi. Ia berharap, “Fakultas Ilmu Komunikasi memainkan peranan penting dalam pengembangan ruang publik yang baru, dan ikut aktif dalam membangun Indonesia yang demokratis, yaitu satu negeri yang memberikan akses kepada lebih banyak lagi warganya berpartisipasi dalam proses-proses politik, sehingga demokrasi dijamin keberlanjutannya di negeri ini.”  
       Rizal Malik merupakan salah satu lulusan Fikom Unpad—fakultas berpredikat sebagai satu-satunya fakultas ilmu komunikasi di perguruan tinggi negeri—yang turut memberikan sumbangsih untuk kemajuan negeri.
       Tema dari Dies Natalis Fikom Unpad ke-50 ini yaitu “Dedikasi bagi Negeri”. Menginjak usianya yang dewasa, fakultas yang dipimpin Prof.Deddy Mulyana ini memiliki impian agar para civitas akademika dan lulusan Fikom Unpad dapat berkontribusi dan berdedikasi untuk negeri.
       Dalam sambutannya, Prof.Deddy Mulyana mengatakan, “Ada impian bahwa pada suatu saat kelak, sebagian besar dosen dari Fikom Unpad ini akan menjadi para doktor dan profesor yang disegani, punya wawasan keilmuan yang luas, megnhasilkan karya-karya ilmiah berkualitas, dan berkiprah di masyarakat tanpa meninggalkan tugas utama mereka di fakultas.”
        Fikom Unpad kini memang sudah bertransformasi, tak hanya dengan infrastrukturnya yang yang lebih lengkap tetapi juga dari segi kualitas pengajarannya dan pelayanannya kepada mahasiswa. Melihat perkembangan dunia komunikasi yang semakin pesat, kebutuhan akan para sarjana komunikasi yang berkompetensi menjadi meningkat. Hal itu pula yang menyebabkan Fikom Unpad begitu diminati oleh para calon mahasiswa. Pada awal berdirinya fakultas ini hanya memiliki 150 mahasiswa, dan kini jumlah mahasiswanya dapat mencapai sepuluh kali lipatnya. (AG)

0 komentar:

Posting Komentar