Dua Jenis Manusia




Ada dua jenis manusia. Pertama, yang membuat kisah pribadinya, dan kedua, yang membuat sejarah.


Tujuan mereka yang membuat kisah pribadi adalah untuk kepuasan dirinya sendiri, sedangkan manusia yang membuat sejarah berusaha untuk melayani seluruh manuia. Perhatian seorang yang membuat kisah pribadi berputar pada dirinya sendiri. Dia melayang-layang di sekitar wilayah di mana kepentingan dirinya dapat tercukupi. Hatinya penuh dengan kebahagiaan jika dia berhasil meraih sesuatu bagi dirinya, tetapi bila tidak ada sesuatu yang dapat diraihnya, maka tidak ada kebahagiaan dalam dirinya.


Sedangkan orang yang membuat sejarah adalah sosok yang berbeda. Ia keluar dari kerangka dirinya. Hidup bukan untuk diri sendiri tapi untuk satu tujuan yang lebih tinggi. Yang menjadi perhatian adalah masalah prinsip, bukan keuntungan. Ia tidak peduli apakah dirinya akan meraih kemenangan atau menderita kerugian; yang lebih penting adalah idealismenya harus tersalurkan. Seolah-olah ia telah melepaskan diri dari pribadinya sendiri dan menancapkan benderanya pada berbagai kepentingan kemanusiaan.


Lalu bagaimana agar dapat menjadi orang yang membuat sejarah? Ada satu hal yang harus dilakukan. Yaitu, berhentilah menjadi orang yang membuat kisah pribadi. Begitu seorang menghapuskan kepentingan pribadinya, maka dia akan mampu membangun masa depan kemanusiaan. Sosok seperti ini meletakkan keluhan-keluhannya hanya ke satu sisi. Figur seperti ini yang akan diperhitungkan dalam sejarah manusia. Mereka adalah orang-orang yang atas keinginannya sendiri, konsen terhadap kepentingan kemanusiaan; mereka tidak mengambil hak untuk mendapatkan perlindungan; mereka hanya memiliki tanggung jawab, yang mereka lakukan dengan resiko apa pun bagi dirinya.


Now, which one are you going to be?

1 komentar:

setuju!
manusia sejarah memang harus berani bertahan dengan idealismenya, sayangnya tak banyak orang mau bekerjasama. mungkin karena menyerah sebelum kalah membayangkan resiko yang akan diterima bila kita mengikuti idealisme kita.
jalur aman memang biasanya lebih disukai.
padahal untuk mendapatkan mahkota tentu tak semudah yang dikira.

jadi, mari berjuang untuk tak selalu mengorbankan idealisme, demi solidaritas, demi kelancaran hidup, demi ini dan demi itu. terkadang kita harus menghargai idealisme kita itu.

pasti sulit, tapi sulit bukan berarti tidak bisa.

yes, we can.

Posting Komentar